BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Teori Perkembangan Kognitif, adalah teori yang
dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun
1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi
Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan
melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata skema tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti
teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan.
B.
Rumusan
Masalah
Supaya
pembahasan makalah ini tidak teralu luas, maka penulis memberi batasan masalah
dengan rumusan sebagai berikut :
- Menjelaskan Pengertian Psikologi Kognitif
2. Menjelaskan
Dasar Awal Kognitif (Penginderaan, Persepsi dan Belajar)
- Menjelaskan Perkembangan Kognitif
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
memahami pengertian dari psikologi kognitif
2. Memahami
dasar awal tentang kognitif
3. Untuk
memahami perkembangan kognitif
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian Psikologi Kognitif
Kognitif
adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).[1]
Psikologi konitif adalah ilmu mengenai
memproses informasi. Bagaimana cara kita memperoleh informasi
mengenai dunia dan bagaimana memprosesnya, bagaimana cara informasi itu disimpan dan di proses
oleh otak, bagaimana informasi itu disampaikan dengan struktur penyusunan
bahasa, dan proses-proses tersebut ditampilkan dengan sebuah prilaku yang dapat
diamati dan juga yang tidak dapat diamati.[2]
B.
Dasar
Awal Kognitif (Penginderaan, Persepsi dan Belajar)
1.
Perkembangan
awal penginderaan dan persepsi
Penginderaan merupakan deteksi dari
stimulasi sensorik, sementara persepsi merupakan interprestasi dari apa yang
telah diterima oleh alat indera. Al-Qur’an banyak menggambarkan tentang
penginderaan dan persepsi. Dalam Al-qur’an menggambarkan bahwa ketika manusia
lahir dalam keadaan tidak mengetahui, namun Allah member alat-alat sensorik
untuk mendapatkan pengetahuan. Dalam surah (An Nahl (16:78) yang berbunyi:
“Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
Dengan demikian menurut islam alat
sensorik merupakan anugerah Allah kepada manusia untuk dipergunakan sesuai
dengan fungsinya. Penelitian menunjukkan bahwa bayi pada saat kelahirannya
telah dapat melakuakan penginderaan terhadap lingkungannya.
Kemampuan alat pendengaran pada bayi
telah berkembang menyerupai kemampuan orang dewasa. Namun, bayi memiliki ambang
bawah pendengaran yang lebih dari orang dewasa. Suara lunak yang dapat didengar
oleh orang dewasa, masih belum dapat didengar oleh bayi.
Indera penglihatan pada bayi telah
berfungsi sejak lahir, namun memiliki ketajaman yang berbeda dengan orang
dewasa. Bayi telah mengalami perubahan pupil mata ketika melihat cahaya. Bayi
juga telah memiliki lapangan visual dan matanya memiliki kecenderungan untuk
mengikuti benda yang bergerak lambat didepannya. Pada usia 2 bulan bayi dapat
mengenali warna dasar.
Alat indera lain juga telah mulai
berkembang pada bayi. Sejalan dengan pengembangan alat-alat sensorik, bayi juga
telah mengembangkan kemampuan perceptual sejak lahir. Selain itu bayi juga
telah memiliki kemampuan untuk melakukan persepsi tiga dimensi terhadap objek,
meskipun masih terbatas dibandingkan dengan orang dewasa. Penelitian juga
menunjukkan bahwa alat indera bayi telah terintegrasi pada waktu lahir. Meskipun
usia bayi merupakan periode dasar pembentukkan kemampuan dasar persepsi, namun
pembelajaran peseptual terus berlangsung ketika anak terus melakukan ekspolasi
objek dalam lingkungannya dan mendeteksi gambaran yang berbeda-beda.
2.
Proses
Dasar Belajar
Belajar merupakan perubahan permanen dalam perilaku
yang disebabkan karena pengalaman dan bukan karena hereditas, kematangan atau
perubahan fisiologis karena cedera. Pembiasaan adalah proses dimana kita
menghentikan penghentian atau penanggapan stimulus yang diulang terus menerus. Pembiasaan
dapat terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Bayi berusia 27-36
minggu akan menjadi sangat aktif jika vibrator ditempatkan diperut ibu, namun
kemudian berhenti jika ia merasa terbiasa dengan getaran vibrator tersebut.
Selain pembiasaan, pengondisian merupakan salah satu cara bayi belajar. Dengan
demikian, belajar merupakan proses yang sangat penting dalam kehidupan.
C.
Perkembangan
Kognitif
1.
Tahap
Perkembangan Kognitif
a)
Periode
perkembangan
Periode ini tahap
dimana kemapuan berpikir manusia mengalami peningkatan yang cukup signifikan
terutama pada awal masa kelahirannya. Periode ini merupakan periode untuk
mengembangkan kemampuan struktur kognitif atau skema. Skema adalah pola-pola
pikiran yang biasa dikenal dengan konsep atau strategi. Skema adalah pola-pola
pikiran atau pola-pola tindakan yang biasa dikenal sebagai strategi atau
konsep. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah mengajarkan nabi Adam a.s
berbagai konsep (nama) yang merupakan karakteristik khusus manusia. Pengajaran
nama-nama merupakan proses pengembanagn
konsep atau skema. Dalam perkembangan kognitif, berpikir kritis merupakan hal
yang penting.
Struktur kognitif terbentuk
melalui organisasi atau adaptasi. Adaptasi terdiri dari dua proses yang
penting, yaitu asimilasi dan akomodasi. Perkembangan kognitif pada anak-anak
terjadi melalui urutan yang berbeda.
Menurut Jean Piaget
terdapat empat tahapan perkembangn kognitif yaitu[3]
1). Tahap pertama disebut periode
sensorik motorik (0-2 tahun),
Tahap sesnsorik motorik
Piaget berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira 2 tahun, sama dengan periode
masa bayi. Selama masa ini perkembangan mental ditandai oleh kemajuaan yang besar
dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan sensasi melalui gerak-gerakkan dan
tindakan fisik oleh karena itu namanya Sensorik
motorik. [4]
Ada enam sub-tahap
Sensorik motorik perkembangan kognitif Piaget
-
Sub-tahap yaitu
menggunakan refleks. Umur yaitu dari lahir sampai 1 bulan. Deskripsi yaitu bayi
melatih refleks lahirnya dan mendapatkan control terhadap beberapa refleks
tersebut. Mereka tidak mengoordinasi informasi dari indera mereka. Perilaku
yaitu anak mulai menghisap ketika putting payudara ibunya berada dalam
mulutnya.
-
Reaksi sirkular primer
yaitu pada usia 1 sampai 4 bulan. Deskripsi yaitu bayi mengulang perilaku yang
menyenangkan yang pertama kali didapatnya secara tidak sengaja (seperti
mengisap ibu jari). Aktivitas focus pada badan bayi ketimbang lingkungan. Bayi
melakukan adaptasi pertama yaitu mereka mengguncang-guncang objek yang berbeda secara
berbeda. Perilaku, ketika diberi botol anak yang biasanya menyusu ibu, mampu
mengadaptasi isapannya kepaad putting karet.
-
Reaksi sirkular
sekunder yaitu pada usia 4 sampai 8 bulan. Deskripsi, bayi semakin tertarik
kepada lingkungannya, mereka mengulang tindakan yang memberi hasil yang menarik
dan memperpanjang pangalaman yang menarik. Perilaku, anak mendorong sereal
kering dari kursinya dan mengamati tiap keeping yang jatuh kelantai.
-
Koordinasi skema
sekunder yaitu pada usia 8 sampai 12 tahun. Deskripsi, seiring dengan koordinasi
skema yang telah dipelajari sebelumnya oleh bayi serta menggunakan perilaku
yang telah dipelajari sebelumnya untuk mendapatkan tujuannya. Perilaku si bayi
menjadi lebih terarah dan bertujuan. Perilaku, anak akan menekan sebuah tombol
dibuku bermainya dan lagu “potong bebek angsa” pun mengalun. Dia tombol
tersebut berkali-kali dan memilih tombol tersebut ketimbang tombol yang lain
dalam buku.
-
Reaksi sirkular tersier
yaitu pada usia 12 sampai 18 bulan. Deskripsi, berita menunjukkan ketertarikan
dan eksperimentasi, mereka dengan sengaja meragamkan tindakan mereka untuk
melihat hasilnya. Secara aktif mereka mengeksplorasi dunia mereka untuk
menentukan apa objek, peristiwa, atau situasi yang menarik dan baru. Mereka
mencoba aktivitas baru dan menggunakan pemecahan masalah trial and error. Perilaku ketika kakak Tony menyandarkan buku
favoritnya kejeruji tempat tidurnya, ia berusaha meraihnya. Usaha pertamanya
gagal karena buku tersebut terlalu lebar. Beberapa setelah itu, Tony
memanjangkan buku tersebut dan mendapatkannya, gembira dengan keberhasilannya.
-
Kombinasi mental yaitu
pada usia 18 sampai 24 bulan. Deskripsi, karena batita dapat merepresentasikan
even, mereka tidak lagi mengandalkan trial and error untuk memecahkan masalah.
Pikiran simbolik memungkinkan mereka untuk mulai berpikir tentang even dan
mengantisipasi konsekuensi mereka tanpa harus selalu mengulangi tindakannya. Batita
mulai menunjukkan pemahaman. Mereka dapat menggunkan symbol, seperti gerak
tubuh dan kata dan dapat berpura-pura. Perilaku jenny bermain dengan kotak
bentuknya, mencari dengan hati-hati bentuk yang sesuai sebelum mencoba
memasangkannya dan berhasil.
2). Tahap kedua disebut praoperasional
(2-7 tahun),
Tahap praoperasional
dalam teori Piaget tahap ini adalah tahap utama kedua perkembangan kognitif
dimana anak-anak semakin kompleks dalam menggunkan pemikiran simbolis tetapi
belum mampu menggunkan pemikiran logis. Kemajuan kognitif sepanjang usia
kanak-kanak awal adalah
-
Kemajuan dalam
menggunkan symbol. Nilai penting anak tidak harus berada dalam kondisi kontak
sensorik motorik dengan objek, orang atau peristiwa untuk mamikirkan hal
tersebut . anak dapat membayangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat
yang berbeda dengan yang sebenarnya. Contoh, Simon menanyai ibunya tentang
gajah yang mereka lihat dalam perjalanan mereka kesirkus beberapa bulan yang
lalu.
-
Memahami identitas,
anak memahami bahwa perubahan dipermukaan tidak mengubah karakter alamiah
sesuatu. Contoh, Boris mengetahui bahwa gurunya berbusana bajak laut tetapi
orang itu tetap gurunya yang berada dalam
kostum.
-
Memahami sebab akibat,
anak memahami bahwa peristiwa memiliki sebab. Contoh, melihat bola
menggelinding dari balik tembok, Ansa melihat belakang tembok untuk mencari
orang yang menendang bola tersebut.
-
Mampu mengklasifikasi,
anak mengorganisir objek, orang dan peristiwa kedalam kategori yang memiliki
makna. Contoh, Ansa memilah biji pinus yang ditemukannya disepanjang perjalanan
kedalam kelompok besar dan kecil.
-
Memahami angka, anak
dapat menghitung dan bekerja dengan angka. Contoh, Ansa membagi permen dengan
teman-temannya dan menghitung permen tersebut untuk memastikan setiap orang mendapatkan
jumlah yang sama.
-
Empati, anak menjadi
lebih mampu untuk membayangkan apa yang dirasakan orang lain. Contoh, Ansa
mencoba untuk menenangkan temannya ketika melihat temannya tersebut sedang
kecewa.
-
Teori pikiran, anak
menjadi lebih sadar akan aktivitas mental dan fungsi pikiran. Contoh, ansa
ingin menyimpan beberpa potong cokelat untuk dirinya sendiri, karena itu ia
menyembunyikan cokelat tersebut dari sang adik kedalam kotak pasta gigi. Dia
mengetahui bahwa cokelatnya akan aman didalam kotak tersebut karena sang adik
tidak akan mencarinya kedalam tempat yang bisanya tidak terdapat cokelat.[5]
3). Tahap ketiga disebut periode
konkrit praoperasional (7-11 tahun). Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari
empat tahapan. Muncul antara usia tujuh
sampai sebelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan
ini adalah:
-
Pengurutan, kemampuan untuk mengurutan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda
ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling
kecil.
-
Klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau
karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat
menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki
keterbatasan logika berupa animisme
(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
-
Decentering,
anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
-
Reversibility,
anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa
4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
-
Konservasi, memahami bahwa kuantitas, panjang,
atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau
tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi
cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air
dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap
sama banyak dengan isi cangkir lain.
-
Penghilangan sifat Egosentrisme, kemampuan
untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut
berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang
memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan,
kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti
kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa
boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.[6]
Operasi konkret 6-11
tahun Anak sudah dapat membentuk
operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat
menambah, mengurangi dan mengubah. Operasi ini memungkinkannya untuk dapat
memecahkan masalah secara logis.
4).
Tahap keempat disebut periode formal operasional (11-15 tahun). Tahap operasional formal adalah periode
terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak
dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa.
Operasi Formal 11 tahun
sampai dewasa. Periode ini merupakan operasi mental tingkat tinggi. Disini anak
(remaja) sudah dapat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa hipotesis atau
abstrak, tidak hanya dengan objek-objek konkrit. Remaja sudah dapat berfikir abstrak
dan memecahkan masalah melalui pengujian semua alternative yang ada. Mereka
juga dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan di
masa mendatang dan membuat rencana untuk masa depan.[7]
Kematangan alat
reproduksi tercapai pada usia sekitar 12-15 tahun, dimana seseorang telah
mencapai periode perkembangan formal praoperasional. Pada saat remaja mereka
juga mengalami periode individuasi, dimana mereka mengembangkan identitas diri
mereka dan membentuk pendapat sendiri yang mungkin berbeda dengan orang tuanya.
b)
Periode
Pencapaian Kematangan
Penalaran orang dewasa
semakin berkembang karena mereka lebih berpengalaman dan banayk belajar. Mereka
dapat berpikir tentang sesuatu melalui proses berpikir logis dan abstraksi yang
lebih kaya.
c)
Periode
Tengah baya
Pada usia 40 tahun,
manusia memasuki usia dengan kematangan pemikiran yang lebih baik. Mereka juga
mulai menyadari bahwa usia mereka telah melewati usia pertengahan rentang
kehidupan, sehingga mereka lebih banyak melakukan evaluasi terhadap diri
mereka.
d)
Periode
lanjut usia
Pada periode ini
terjadi penurunan kemampuan berpikir. Mereka juga lebih banyak mengingat masa
lalu dan sering kali melupakan apa yang baru diperbuatnya. Kemampuan untuk
memusatkan perhatian, berkonsentrasi dan berpikir logis menurun, bahkan sering
kali terjadi loncatan gagasan. Al-Qur’an menggambarkan periode ini sebagai
periode dimana manusia dipanjangkan umurnya pada umur yang paling lemah yaitu:
Allah
menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan diantara kamu ada yang
dikembalikan pada umur yang paling lemah(pikun), supaya dia tidak mengetahui
segala sesuatu apapun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs. Al-Nahl 16;70).[8]
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Jadi teori psikologi
perkembangan kognitif ini menjelaskan tentang pengertian kognitif yaitu ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Psikologi konitif adalah ilmu mengenai
memproses informasi.
Dasar Awal Kognitif
(Penginderaan, Persepsi dan Belajar). Perkembangan awal penginderaan dan
persepsi dan Penginderaan merupakan deteksi dari stimulasi sensorik, sementara
persepsi merupakan interprestasi dari apa yang telah diterima oleh alat indera.
Proses Dasar Belajar Belajar merupakan perubahan permanen dalam perilaku yang
disebabkan karena pengalaman dn bukan karena hereditas, kematangan atau
perubahan fisiologis karena cedera. Dengan demikian, belajar merupakan proses
yang sangat penting dalam kehidupan. Perkembangan Kognitif ada beberapa tahap
Perkembangan Kognitif
1. Periode
perkembangan
Menurut
Jean Piaget terdapat empat tahapan perkembangn kognitif yaitu
-
Tahap pertama disebut
periode sensorik motorik (0-2 tahun),
-
Tahap kedua disebut
praoperasional (2-7 tahun),
-
Tahap praoperasional
dalam teori Piaget tahap ini adalah tahap utama kedua perkembangan kognitif
dimana anak-anak semakin kompleks dalam menggunkan pemikiran simbolis tetapi
belum mampu menggunkan pemikiran logis.
-
Tahap ketiga disebut
periode konkrit praoperasional (7-11 tahun). Tahapan ini adalah tahapan ketiga
dari empat tahapan. Muncul antara usia tujuh
sampai sebelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Tahap keempat disebut periode formal
operasional (11-15 tahun). Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget.
2. Periode
Pencapaian Kematangan
Penalaran orang dewasa
semakin berkembang karena mereka lebih berpengalaman dan banayk belajar. Mereka
dapat berpikir tentang sesuatu melalui proses berpikir logis dan abstraksi yang
lebih kaya.
3. Periode
Tengah baya
Pada usia 40 tahun, manusia memasuki
usia dengan kematangan pemikiran yang lebih baik
- Periode lanjut usia
Pada periode ini terjadi penurunan
kemampuan berpikir. Mereka juga lebih banyak mengingat masa lalu dan sering
kali melupakan apa yang baru diperbuatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Aliah B. Purwakania. Psikologi Perkembangan islami. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persad, 2006.
Papalia,
Diane E, dkk. Psikologi Perkembangan.
Jakarta: Prenada Media Group, 2008.
Santrock, W.
Perkembangan Masa Hidup Jilid 1.
Jakarta : Erlangga, 1995.
Teori Perkembangan, Pdf,
ttp://sejarah.kompasiana.com/2013/09/14/pengertian-psikologi-kognitif-dengan-sejarahnya-591782.html
[1]http://abazariant.blogspot.com/2012/10/definisi-kognitif-afektif-dan-psikomotor.html.
diunduh pada tanggal 1 april 2014 jam 21.00 Wita.
[2]http://sejarah.kompasiana.com/2013/09/14/pengertian-psikologi-kognitif-dengan-sejarahnya-591782.html.
diunduh pada tanggal 1 april 2014 jam 21.00 Wita.
[3]Aliah
B. Purwakania Hasan. Psikologi
Perkembangan islami , (Jakarta: PT RajaGrafindo Persad, 2006), h.126-137
[4]John
W. Santrock, Perkembangan Masa Hidup
Jilid 1, (Jakarta : Erlangga, 1995), h.167.
[5]Diane
E. Papalia, dkk, Psikologi Perkembangan,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 213 dan 324.
[6]file:///C:/Documents%20and%20Settings/user/My%20Documents/Teori_perkembangan_kognitif.htm,
diunduh pada tanggal 1 april 2014, jam 21.00 Wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar